Senin, 04 Juni 2012

The Story of James and Lily Potter - Bagian 3


Hari telah berganti. Matahari baru saja terbit ketika Lily terbangun dari tidur lelapnya. Hari ini dia merasa sangat senang, karena ternyata dia memiliki kemampuan sihir. Dia keluar dari kamarnya, pergi mandi, lalu langsung menuju ruang makan. Kedua orang tuanya sudah di sana, tetapi Petunia tidak di sana. “Di mana Petunia?” tanya Lily. “Dia masih tidur. Dia tidak berminat ikut,” jawab Mrs. Evans sambil menyiapkan makan pagi untuk Lily.
Setelah perjalanan yang cukup jauh, ketiga Evans pun sampai di Leaky Cauldron, London. Mereka memasuki Diagon Alley melalui pintu ajaib di halaman belakang rumah minum itu.
Hampir semua keperluan telah dibeli. Hanya tinggal tongkat sihir saja yang belum dibeli Lily untuk keperluan sekolahnya. Maka, dia menuju toko Ollivanders, sementara orang tuanya menunggu di luar sambil mengobrol dengan kenalan mereka, yang ternyata anaknya juga penyihir, Mr. dan Mrs. Macdonald. Ketika dia masuk ada seorang anak laki-laki yang juga masuk setelahnya. Anak laki-laki itu tinggi, dan sangat tampan. Mereka saling berpandangan beberapa saat, sampai seorang penyihir dewasa menghampiri mereka. “Ah, Mr. Potter, baru setahun lalu kita bertemu karena sepupu Anda membeli tongkat, maka tahun ini giliran Anda?” tanya penyihir dewasa itu penuh rasa hormat. Anak laki-laki itu tersenyum.
“Ya, Mr. Ollivander. Tapi alang-kah lebih baik Anda melayani anak pe-rempuan ini dulu, karena dia yang masuk lebih dulu,” kata anak laki-laki itu. “Sung-guh baik hati. Kau mirip sekali ayahmu, Mr. Potter. Nah, nak, mari ikut aku,” kata penyihir pria itu menoleh pada Lily. Lily mengikutinya masuk ke sebuah koridor yang penuh kotak-kotak kecil dan panjang.
“Nah, siapa namamu, Nak?” tanya Mr. Ollivander, penyihir dewasa pembuat tongkat sihir itu, sambil memilih dan mengambil salah satu kotak. “Lily Evans,” jawab Lily, ketika Mr. Ollivander membuka kotak yang tadi diambilnya di hadapan Lily. “Dua puluh lima setengah senti, mendesir jika digerakkan, terbuat dari dahan dedalu. Intinya nadi jantung naga. Tongkat yang bagus untuk menyihir. Cobalah mengayunkannya,” kata Mr. Ollivander, menyerahkan sebatang kayu kecil panjang. Lily mengambilnya, mengayunkannya, dan semburat bunga api merah keemasan meluncur dari ujungnya.
“Wah, baru kali ini aku menemui penyihir yang mendapatkan tongkat yang memilihnya sekali coba,” kata Mr. Ollivander nampak senang, mengembalikan tongkat itu ke dalam kotaknya dan membungkusnya dengan kertas coklat. “Maaf, Sir, tapi siapa anak laki-laki yang di depan itu?” tanya Lily ketika Mr. Ollivander masih sibuk membungkus. “Oh, apakah kau salah satu kelahiran-Muggle?” tanya Mr. Ollivander. “Ya, Sir,” jawab Lily. “Oh, pantas kau tidak mengenalnya. Dia adalah James Potter, anak tunggal Mr. Harvey Potter, Menteri Sihir. Tapi dia jarang membangga-bangga-kannya, sungguh anak yang rendah hati ya?” kata Mr. Ollivander, yang baru saja selesai membungkus kotak yang berisi tongkat sihir Lily. “Ya Sir,” kata Lily, menerima bungkusannya, dan membayar enam Galleon dan tiga Sickle. Dia segera meninggalkan toko, karena Petunia sendi-rian di rumah, dan ketika dia keluar toko, dia berpandangan mata lagi dengan anak laki-laki itu, dan sekilas melihat anak itu tersenyum kepadanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar