Rabu, 06 Juni 2012

The Story of James and Lily Potter - Bagian 7


“Aku baru ingat, Sirius, itu anak perempuan yang kulihat di toko Mr. Ollivander hari itu,” kata James kepada Sirius ketika Professor McGonnagal memanggil “Lily Evans”. James memang menceritakan pertemuannya dengan anak perempuan itu lewat surat. “Oh, dia memang sangat cantik, James. Tapi kudengar dia kelahiran-Muggle,” jawab Sirius. “Aku tak peduli, Sirius. Aku menyukainya sejak pertama melihatnya di Diagon Alley,” kata James bersemangat, ketika Topi Seleksi meneriakkan “Gryffin-dor” untuk Lily. “James Potter,” panggil Professor McGonagall. James pun maju, yakin sekali bahwa dia juga akan masuk Gryffindor, agar keinginannya untuk mengajak anak perempuan yang bernama Lily itu berkenalan bisa terwujud. “James Potter. Membingungkan. Semua asrama cocok untuk karakternya. Sosok yang pemberani dan jujur, cocok untuk Gryffin-dor. Licik dan cerdas, cocok untuk Slythe-rin. Rajin dan berotak encer, cocok untuk Ravenclaw. Mau bekerja keras dan setia, cocok untuk Hufflepuff. Di mana kau mau ditempatkan, Nak?” gumam Topi itu pelan, ketika James memakainya. James berkata dalam hati, “Kau yakin aku boleh memilih? Kalau ya, tentu saja aku memilih Gryffindor. Yang berani, jujur, cerdas, pandai, mau bekerja keras, dan setia. Cocok sekali kan untuk Gryffindor?”
Topi itu diam, cukup lama, kira-kira semenit penuh. James bingung, begitu juga para guru dan semua anak. Lalu topi itu bergumam lagi, “Kuakui kalimatmu benar, nak. Aku menemukan garis keturunan Peverell, seluruh Peverell di Gryffindor, dan, aku juga menemukan gars keturunan Gryffindor! Nah kalau begitu, GRYFFINDOR!” kata Topi itu, dan kata terakhir diucapkannya dengan teriakan. Seluruh anak Gryffindor bertepuk tangan karena anak tunggal Menteri bergabung dengan mereka. James pun berjalan ke meja Gryffindor dan duduk di hadapan Lily.
“Hai, aku James Potter,” kata James mengulurkan tangannya. “Ya, aku sudah tahu. Aku Lily Evans,” jawab Lily dan menjabat tangan James, tapi dia nampak masih kesal karena kejadian di kereta. “Kita pernah bertemu di Diagon Alley, apa kau ingat?” tanya James. “Ya, tentu saja. Kau yang berbaik hati membiarkanku dilayanani lebih dulu, kalau tidak mungkin aku ke sini dengan banyak luka,” jawab Lily masih kesal. “Kenapa begitu?” tanya James bingung. “Waktu itu aku bergegas pulang. Kakakku sendirian di rumah. Kalau aku pulang lebih malam, mungkin dia akan marah-marah dengan memukuliku,” jawab Lily, nam-paknya kekesalannya mereda. “Kakak? Kau punya kakak? Kelas berapa dia?” tanya James. “Kakak dan orang tuaku Muggle,” jawab Lily pelan. “Oh, maaf,” kata James, suaranya direndahkan, dan Lily hanya mengangguk.
“Hey, James,” panggil Sirius sambil menepuk punggung James yang sedang mengobrol dengan Lily. “Kau di Gryffindor?” tanya James senang. “Yap! Bagus, bukan?” jawab Sirius juga senang, lalu duduk di sebelah James. “Sangat! Bagaimana dengan Remus dan Peter?” tanya James. “Tak tahu, nama mereka belum dipanggil. Dan, apakah kau tahu, Snivellus masuk Slytherin?” jawab Sirius. “Oh dia memang cocok di sana,” jawab James sambil tertawa pelan. “Dan ibuku akan memarahiku,” jawab Sirius, tapi dia sama sekali tidak sedih, seakan dia senang sekali telah melanggar peraturan. “Kena-pa?” tanya James heran. “Oh, jangan pura-pura tidak tahu, James,” kata Sirius. “Ya, ya, aku mengerti. Ah, Sirius, ini Lily Evans, yang kulihat di Diagon Alley hari itu,” jawab James. “Oh, hai. Aku Sirius Black,” kata Sirius yang sekarang menoleh ke arah Lily dan mengulurkan tangannya. “Aku Lily Evans,” jawab Lily lalu menjabat tangan Sirius.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar